BEREDAR VIDEO KEKERASAN TERHADAP TERDUGA TERORIS POSO OLEH DENSUS 88. Beberapa waktu lalu, beredar video kekerasan terhadap warga terduga teroris di dunia maya. Rekaman penganiayaan oleh personel polisi diduga dari Detasemen Khusus 88 Antiteror dan Brigade Mobil diunduh ke Youtube oleh situs ArrahmahChannel pada Jumat, 1 Maret 2013 lalu. Lihat juga TIPS MENGENALI GEJALA KANKER YANG SERING DIABAIKAN PADA WANITA.
Video tersebut berdurasi sekitar 13.55 menit, berisi tindakan penganiayaan oleh polisi. Di dalam video tergambar jelas puluhan polisi berpakaian seragam. Sebagian di antara mereka mirip seragam Densus 88, serba hitam. Ada juga polisi berseragam Brigade Mobil. Mereka menenteng senjata laras panjang.
Pada menit awal terlihat beberapa warga dengan tangan terikat, berbaring di tengah tanah lapang sambil bertelanjang dada. Menit berikutnya, terlihat seorang warga dengan tangan terborgol berjalan menuju tanah lapang seorang diri. Terdengar suara teriakan petugas kepada orang tersebut agar membuka celana.
Sambil berjongkok dia membuka celana. Gambar berikutnya, orang tersebut sudah berdiri sambil berjalan, namun tiba-tiba tersungkur. Dia terkena tembakan di dada tembus ke punggung. Meski sudah tertembak, dia dipaksa berjalan ke tanah lapang.
Orang itu diketahui bernama Wiwin setelah polisi menginterogasinya. Meski Wiwin bersimbah darah, polisi tetap saja menanyai dia tanpa berusaha untuk menolong. Bahkan ada di antara polisi yang justru mengingatkan Wiwin bahwa sebentar lagi akan mati. "Win istigfar, kamu sudah mau mati," kata seorang polisi kepada Wiwin.
Kasus video ini menuai banyak sorotan. Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM) mulai menyelidiki kebenaran video. Mereka mendatangi Wiwin, Tugiran, dan Iin yang terekam dalam video tersebut.
Pengakuan Wiwin
Wiwin Kalahe alias Tomo, warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Petobo Palu, Sulawesi Tengah, mengaku menjadi korban kekerasan oleh polisi. Dia mengaku sosok di video yang beredar luas di YouTube adalah dirinya. Ia mengaku video itu sudah pernah dilihatnya pada 2008 lalu.
Wiwin mengatakan tak tahu dari mana video tersebut bisa beredar. Ketika ditanyakan apa yang terjadi dalam video, Wiwin menghela nafas panjang. "Ini risiko, mau diapakan lagi," katanya.
Komisioner Siane Indriani di Lapas Palu mengatakan para warga binaan Lapas yang terjerat kasus Poso itu adalah korban kekerasan yang ada di dalam video tersebut. Bahkan, Wiwin dan Tugiran mengaku mereka pernah melihat video tersebut tahun 2008 silam.
"Makanya mereka bertanya, kenapa baru dibuka sekarang di saat para saksi sudah kemana-mana dan sulit dikumpulkan kembali," kata Siane Indriani.
Menurut dia, dari pengakuan Wiwin, terungkap bahwa saat itu terjadi kontak senjata antara warga di Tanah Runtuh dengan aparat keamanan (Densus 88 Anti Teror dan Brimob). Ketika ada salah seorang tertembak, Wiwin kemudian menemui korban tembak itu. Wiwin membuka baju kemudian tangannya diangkat sebagai isyarat menyerah, tapi dia tetap ditembak.
"Dengan adanya video ini, mau tidak mau kita akan buka kembali kasus tahun 2007 itu sebagai bagian dari beberapa data yang kita kumpulkan. Mereka ini korban konflik, maka kita harus lebih hati-hati dan dan proporsional," kata Siane.
Wiwin Kalahe pernah menjadi satu dari 29 buron dalam kasus teror Poso. Kepada penyidik, Wiwin alias Tomo pernah mengaku membawa potongan kepala korban mutilasi ke Tanah Runtuh dan teribat tiga aksi kekerasan di sana.
Wiwin Kalahe alias Tomo tertangkap pada 22 Januari 2007. Dia memutilasi tiga siswi SMA Kristen Poso di Lorong Bukit Bambu Poso. Dalam aksinya, Wiwin melakukannya bersama Basri, Haris, Iwan Irano, Nanto Bojel, Agus Jenggot, dan Papa Yusran.
Wiwin juga telibat kasus pembunuhan Nelmi Tombiling di Kawua Poso. Aksi kejahatan itu dilakukannya bersama Upik Lawanga. Dia menjadi pengendara motor yang ditumpangi sang eksekutor, Upik Lawanga.
Bahkan Wiwin menjadi eksekutor penembakan terhadap seorang warga di kebun cokelat, Kawua Poso. Aksi ini dilakukan bersama Maryono. Dia menembak menggunakan senjata api jenis revolver. Wiwin, dengan sejata sejenis, juga menembak dua siswi, Ivon dan Siti, di Desa Kasintuwu, Poso. Wiwin dan Basri saat ini menjalani hukuman atas aksi terornya.
Kontroversi
Beredarnya video ini memancing reaksi berbagai pihak. Para tokoh agama menemui Kepala Kepolisian RI Jenderal Timur Pradopo dan jajarannya pada Kamis, 27 Februari 2013 lalu. Satu dari para tokoh yang hadir adalah Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah, Din Syamsuddin. Mereka menyerahkan video kasus kekerasan yang dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat, yang dilakukan personel polisi kepada terduga teroris.
Selain Din Syamsudin, tokoh yang menemui Kapolri kala itu antara lain Ketua Majelis Ulama Indonesia Amidan, pengurus Al-Irsyad Al-Islamiyah Hisyam Thalib, dan Majelis Pustaka PP Muhammadiyah Mustofa Nahrawardaya.
"Secara khusus kami datang untuk melaporkan ada bukti berupa video yang mengandung gambar tentang pemberantasan teroris," kata Din Syamsuddin di Markas Besar Polri seusai bertemu Kapolri. "Kami tidak tahu di mana dan kapan, tetapi sangat jelas mengindikasikan pelanggaran HAM berat." Pengakuan terduga teroris korban penyiksaan Densus 88 Video YouTube penyiksaan oleh Densus 88 terhadap terduga teroris
Rating Posting: 100% based on 99999 ratings. 199 user reviews.
No comments:
Post a Comment