INFO LENGKAP KONSTIPASI/SEMBELIT PADA ANAK, PENYEBAB, GEJALA & CARA MENGATASINYA. Sulit buang air besar atau biasa dikenal dengan istilah sembelit atau konstipasi, bisa terjadi pada siapa saja baik orang dewasa maupun bayi dan anak-anak. Pada bayi, sembelit akan menimbulkan rasa tak nyaman yang kerap membuat mereka rewel. Baca juga 'KONSER TANPA NAMA'. BUKTIKAN PETER PAN TETAP EKSIS, MESKI TANPA ARIEL.
Secara umum ada dua penyebab sembelit pada anak :
1. kelainan organik
Apabila konstipasi terjadi terus menerus, itu artinya terapat kelainan pada usus, anus, maupun saraf usus. Jika itu yang terjadi, artinya anak menderita kelainan organik, dan harus diobati sesuai dengan kelainan yang diderita.
2. kelainan fungsional
Konstipasi juga bisa disebabkan oleh kelainan fungsional. Seperti perubahan pola makan, diet kurang serat, bakteri dalam usus yang tidak seimbang, posisi BAB yang salah, motilitas usus terganggu, sampai obat-obatan.
Yang sering terjadi pada bayi, biasanya akibat perubahan pola makan, adanya pergantian dari ASI eksklusif ke makanan pendamping ASI (MPASI). Kemungkinannya, MPASI tidak mengandung cukup serat sehingga pencernaan bayi sulit beradaptasi.
Sedangkan anak-anak yang mulai suka bermain, seringkali menahan buang air besar sehingga kotoran menumpuk. Pada akhirnya, jika anak terus menahan akan menjadi kebiasaan dan jadi susah buang air besar.
Membiarkan konstipasi bisa menyebabkan nyeri dan luka pada anus. Membuat anak trauma buang air besar, dan lebih memilih menahannya. Bahaya lainnya, anak bisa terkena infeksi saluran kencing, suka mengompol, dan cepirit tanpa terasa karena tekanan kotoran yang membusuk dalam perut, keluarnya sebagian atau seluruh dinding rektum, sampai berbagai sindrom penyakit lain seperti feses yang mengandung lemak.
Untuk itu, Anda harus segera meyadari saat anak mulai menunjukkan gejala konstipasi. Apa saja yang dapat dilihat sebagai gejala konstipasi pada anak?
1. Frekuensi BAB jarang
Sebelum kita memutuskan seorang bayi sulit BAB atau tidak sebaiknya kita tahu frekuensi normal BAB pada bayi. Bayi memiliki frekuensi BAB sebanyak 4 – 10 kali sehari, bahkan bila bayi mendapat ASI eksklusif dia bisa BAB 12 – 15 kali dalam sehari. Namun bayi juga bisa BAB 2 – 7 hari sekali. Yang perlu diperhatikan orang tua adalah apakah fesesnya keras dan bayi mengalami kesulitan ketika BAB.
Bayi BAB berulang kali dalam sehari karena enzim dalam pencernaannya belum bekerja sempurna tapi seiring dengan pertambahan usianya maka BABnya akan berangsur-angsur normal. Yang terpenting orang tua harus memperhatikan konsistensi BABnya.
Untuk bayi normal yang baru lahir, dalam sehari bisa BAB sebanyak lima kali. Usia dua bulan, frekuensinya menurun menjadi dua kali per hari. Menginjak usia empat tahun, anak akan BAB satu kali per hari. Namun, jika anak tidak BAB sesuai frekuensi normal ini, tidak lantas ia dapat dikatakan menderita konstipasi. Itu terjadi jika frekuensi BAB anak dalam seminggu kurang dari dua kali.
2. Tinja besar dan keras
Salah satu citi konstipasi lainnya, bentuk tinja besar dan keras. Menurut konsistensi normal, bentuk tinja bayi baru lahir berupa cairan. Saat usianya mencapai empat bulan, konsistensi tinja mulai memadat, bentuknya seperti odol.
Setelah disapih, bentuk tinja pada anak seperti orang normal, yakni berbentuk pisang. Jika menderita konstipasi, bentuk tinjanya akan besar dan keras. Namun, jika tinja itu mudah keluar dan frekuensinya normal, maka tidak dapat disebut gejala konstipasi.
3. Sakit saat BAB
Karena tinja yang besar dan keras, biasanya terjadi karena anak terlalu lama menahannya, maka saat BAB akan terasa sakit. Bisa jadi anus juga ikut nyeri atau luka, sehingga menimbulkan trauma pada anak. Kesempatan berikutnya, ia takut BAB dan justru menahan kotoran lebih lama lagi.
4. Mengejan
Mengejan bisa menjadi gejala konstipasi, jika proses mengejannya lebih dari 25 persen fase BAB. Jika sudah mengejan lebih dari 10 menit dan kotoran masih susah keluar, ini tandanya anak Anda menderita konstipasi.
Sebelum konstipasi berakibat lebih fatal pada anak Anda, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter jika Anda menemukan gejala-gejala di atas terjadi pada anak.
Cara mengatasi sembelit pada bayi dan anak :
* Tambahkan air pada takaran susu formula.
* Pastikan bayi mendapat asupan air yang mencukupi kebutuhannya. Bayi membutuhkan 0,1 – 0,4 liter air / 10 kg berat badan sehari. Berikan air secara berkala bukan sekaligus. Contoh : berat bayi 20 kg, maka konsumsi air yang dibutuhkan dalam sehari adalah 20 kg : 10 kg = 2 x 0.4 liter = 0,8 liter
* Jangan lupa tambahkan sayur pada makanan pendamping ASI.
* Bantu bayi berolahraga dengan cara menekuk lutut bayi ke arah perut dengan lembut sebanyak beberap akali dalam sehari.
* Mandikan bayi dengan air hangat
* Oleskan Baby oil disekitar daerah dubur bayi.
Konsultasi dengan dokter diperlukan bila :
* Tidak ada perubahan ketika sudah mengubah pola makan
* Bayi atau anak tampak sangat kesakitan,
* Keluar darah di feses (tinja)
* Terjadi robekan di daerah anus karena tekanan yang kuat.
INFO LENGKAP KONSTIPASI/SEMBELIT PADA ANAK, PENYEBAB, GEJALA & CARA MENGATASINYA, Penyebab Sembelit pada Bayi, Cara Mudah Atasi Sembelit pada Anak/Bayi, Tips Atasi Susah Buang Air Besar pada Bayi
Rating Posting: 100% based on 99999 ratings. 199 user reviews.
No comments:
Post a Comment