HASIL SURVEY PENDUDUK JAKARTA SETIAP TAHUN HABISKAN RP 14 TRILIUN UNTUK KEMACETAN PARAH. akarta - Persoalan infrastruktur jalan di Indonesia masih banyak ditemui di beberapa daerah. Salah satunya di Jakarta, persoalan infrastruktur jalan yang semrawut menyebabkan kemacetan dimana-mana.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Infrastruktur, TRAGIS! KARENA LAPAR, BOCAH DI INDIA MENYUSU PADA ANJING KAMPUNG. Konstruksi dan Properti, HM Zulkarnain menuturkan, gara-gara macet, para pengendara kendaraan baik motor atau mobil, menghabiskan uangnya sebesar Rp 14 triliun setiap tahun.
"Orang di Jakarta di jalanan mereka habiskan Rp 14 triliun per tahun, harusnya dia cuma habiskan 1 liter bensin untuk perjalanannya, ini bisa jadi 3 liter gara-gara macet, high cost kan jadinya," ungkap Zulkarnain saat dihubungi, Rabu (11/7/12). Saat ini, Zulkarnain mengungkapkan kecepatan yang ditempuh pengendara mobil sekitar 30 km/jam karena kemacetan, parahnya, apabila belum ada solusi untuk persoalan infrastruktur ini, pada tahun 2015, hanya 5 km/jam kecepatan rata-rata yang bisa ditempuh oleh sebuah mobil. "Jakarta kita rata-ratakan sekarang 30 km/jam karena diakibatkan kemacetan, kemungkinan 5 km/jam di 2015 sampai 2020, seiring meningkatnya volume kendaraan," tambahnya.
Pembangunan jalan tol yang mandek hingga sekarang, adalah salah satu faktor terjadinya kemacetan. Zulkarnain mengatakan, negara kita hanya memiliki ruas jalan tol sepanjang 700 km yang terbagi 85% di Pulau Jawa, dan 15% di luar Pulau Jawa. "Kita punya jalan tol 700 km, di jawa 85 % 15%. Bayangkan dengan di China, Malaysia ribuan kilometer, infrastruktur kita kacau," ungkapnya. Lebih lanjut dia menambahkan, proyek monorail pun saat ini tak kunjung selesai. "Monorail nggak ada di depan kita. Kenapa kita nggak lanjutkan monorail, karena itu kalau nanti gubernur terpilih, monorail lanjutkan, kereta api antar provinsi selesaikan. Harus ada keberanian dari seorang pemimpin," pungkasnya.
HASIL SURVEY PENDUDUK JAKARTA SETIAP TAHUN HABISKAN RP 14 TRILIUN UNTUK KEMACETAN PARAH, Bos Senayan City Akui Jakarta Great Sale Kalah Pamor dengan Singapura, Belajar Menata Jakarta, Foke Keliling Singapura, AS Hingga Belanda, Fauzi Bowo Kerahkan 7 Jurus Atasi Kemacetan Jakarta
"Orang di Jakarta di jalanan mereka habiskan Rp 14 triliun per tahun, harusnya dia cuma habiskan 1 liter bensin untuk perjalanannya, ini bisa jadi 3 liter gara-gara macet, high cost kan jadinya," ungkap Zulkarnain saat dihubungi, Rabu (11/7/12). Saat ini, Zulkarnain mengungkapkan kecepatan yang ditempuh pengendara mobil sekitar 30 km/jam karena kemacetan, parahnya, apabila belum ada solusi untuk persoalan infrastruktur ini, pada tahun 2015, hanya 5 km/jam kecepatan rata-rata yang bisa ditempuh oleh sebuah mobil. "Jakarta kita rata-ratakan sekarang 30 km/jam karena diakibatkan kemacetan, kemungkinan 5 km/jam di 2015 sampai 2020, seiring meningkatnya volume kendaraan," tambahnya.
Pembangunan jalan tol yang mandek hingga sekarang, adalah salah satu faktor terjadinya kemacetan. Zulkarnain mengatakan, negara kita hanya memiliki ruas jalan tol sepanjang 700 km yang terbagi 85% di Pulau Jawa, dan 15% di luar Pulau Jawa. "Kita punya jalan tol 700 km, di jawa 85 % 15%. Bayangkan dengan di China, Malaysia ribuan kilometer, infrastruktur kita kacau," ungkapnya. Lebih lanjut dia menambahkan, proyek monorail pun saat ini tak kunjung selesai. "Monorail nggak ada di depan kita. Kenapa kita nggak lanjutkan monorail, karena itu kalau nanti gubernur terpilih, monorail lanjutkan, kereta api antar provinsi selesaikan. Harus ada keberanian dari seorang pemimpin," pungkasnya.
HASIL SURVEY PENDUDUK JAKARTA SETIAP TAHUN HABISKAN RP 14 TRILIUN UNTUK KEMACETAN PARAH, Bos Senayan City Akui Jakarta Great Sale Kalah Pamor dengan Singapura, Belajar Menata Jakarta, Foke Keliling Singapura, AS Hingga Belanda, Fauzi Bowo Kerahkan 7 Jurus Atasi Kemacetan Jakarta
Link Posting: http://bestseoeasy.blogspot.com/2012/07/hasil-survey-penduduk-jakarta-setiap.html
Rating Posting: 100% based on 99999 ratings. 199 user reviews.
Rating Posting: 100% based on 99999 ratings. 199 user reviews.
No comments:
Post a Comment